Pernah satu ketika, saya duduk di halte yang sama, kemudian saya naik bus ke arah yang saya tuju dengan seyakin itu, naik, tap kartu, lalu duduk. Namun setelah beberapa saat saya baru sadar bahwa bus yang saya tumpangi salah nomor, jadinya saya salah arah. Saya harus berhenti, turun, lalu berpindah bus agar sampai tujuan.
Itu hampir sama sewaktu kita menunggu seseorang yang tepat untuk kita jadikan pasangan hidup. kita menunggu, disebuah halte yang menurut kita ini adalah halte yang tepat, benar dan sesuai arahan. Ada beberapa calon yang datang secara bersamaan, atau paling tidak kita punya beberapa pilihan.
Jika kita tak cermat dan hati-hati dalam memilah dan memilih, mungkin kejadiannya akan sama seperti saya tadi. Bersembunyi di balik kata “yaudah kita jalani dulu saja”.
Hari demi hari, tahun demi tahun, ternyata kita baru disadarkan bahwa dia bukan orang yang tepat untuk kita. Kita ngga sejalan. Perjalanan ini tak akan sampai ke pelaminan.
Kita harus melonggarkan hati sekali lagi. Menyadari kita telah jauh salah melangkah. Kita harus turun dari bus tersebut, dan kemudian mencari halte lagi untuk menunggu, barangkali ada seseorang yang akan menjemput kita pasca turun dari bus yang keliru.
Sebaliknya, ada waktu dimana saya menunggu bus dari halte yang sebelumnya tak pernah saya datangi, kemudian saya mencermati rute di peta, dan sabar menunggu sabar bus dengan nomor yang tepat. Alhamdulilah saya dapat sampai pulang dengan selamat.
Kali ini setelah mengobati hati, kita berusaha kembali untuk berjalan menuju halte bus dengan sangat hati-hati. Membaca peta serta arahan yang telah tertulis rapi. Bedanya, kali ini kita telah mengerti kemana tujuan yang sebenarnya. Maka tawaran “yaudah jalani aja dulu” akan kita tolak mentah-mentah, kesalahan tidak diperbolehkan terulang untuk kesekian kalinya.
Kita mencoba menunggu di sebuah halte bus yang asing. Bertemu orang asing, namun tiada yang salah dengan semua itu, hanya kita belum mengenal satu sama lain.
Buah kesabaran adalah keberhasilan, kita menaiki bus dengan nomor yang sesuai dengan arahan, kita menemukan seseorang yang menjemput kita (sekali lagi).
Kemudian kita berpasrah agar tidak terjadi kembali kegagalan. yang kita inginkan hanya seseorang itu akan mengantarkan kita di perjalanan dan membawa kita ke tujuan.
yang tidak disarankan adalah kita tetap bertahan di arah yang salah walaupun kita sudah tau bahwa kita sedang berada di bus yang keliru