Riwayat Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyyah

 

Riwayat Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyyah (TQN).

اللهم صل على سيدنا محمد واله وصحبه وبرك وسلم داءماكثيرا واكثر

Syahdan, saat itu sekeliling rumah Rosululloh SAW sedang di kepung oleh kaum kafir Quraisy. Didalam rumah tersebut terdapat Rosululloh SAW, Sayidina Abu Bakar As Sidiq dan Sayidina Ali bin Abi Tholib.

Disaat genting itulah Sayidina Ali bin Abi Tholib rela bersedia menggantikan tidur di pembaringan Rosululloh, sebagai strategi mengelabui para kafir Quraisy yang sedang mengepung rumah Rosululloh SAW, sedang Rosululloh bersama Sayidina Abu Bakar berusaha menyelinap keluar rumah, untuk selanjutnya keduanya berhijrah ke kota Madinah, menghindar dari kepungan kaum kafir Quraisy yang telah siap sedia berkomplot ingin membunuh Rosululloh SAW.

Namun sebelum pergi, Rosululloh SAW mendekati pembaringan Sayidina Ali bin Abi Tholib dan beliau menalqin kalimah "Laa ilaha illalloh" di telinga Sayidina Ali bin Abi Tholib, Karromallohu Wajhahu.

Sayidina Ali bin Abi Tholib menerima kalimah talqin Laa ilaha illalloh tersebut dan selanjutnya beliau pun terus berdzikir dengan kalimah tersebut.

Suasana makin genting dan Rosululloh SAW segera mengajak Sayidina Abu Bakar As Sidiq untuk segera meloloskan diri dari kepungan para kafir Quraisy di rumah beliau tersebut.

Dan alhamdulillah, dengan pertolongan Allah SWT semata, akhirnya Rosululloh SAW beserta Sayidina Abu Bakar As Sidiq berhasil meloloskan diri keluar dari rumah beliau. Kaum kafir Quraisy yang mengepung rumah tersebut masih mengira Kanjeng Nabi masih berada dalam rumah, karena dalam intaian mereka masih ada orang tidur diatas pembaringan Rosululloh, padahal sebenarnya yang berbaring diatas pembaringan Rosululloh tersebut adalah Sayidina Ali bin Abi Tholib, Karromallohu Wajhahu.

Malam itu, malam bersejarah saat dimulainya perjalanan hijrah Rosululloh SAW ditemani sahabat beliau, Sayidina Abu Bakar As Sidiq, dari kota Makkah ke kota Madinah, yang berjarak sekitar 400 KM, dengan berjalan kaki. Para kafir Quraisy yang akhirnya menyadari bahwa Rosululloh SAW telah berhasil meloloskan diri dari kepungan mereka, serta merta berusaha mengejar. Mereka mengeluarkan segenap kekuatan dan pengalaman perangnya untuk menangkap dan membunuh Kanjeng Rosululloh SAW.

Dalam perjalanan hijrah tersebut, disela - sela gentingnya kondisi akibat kejaran kaum kafir Quraisy, Sayidina Abu Bakar kemudian menanyakan kepada Rosululloh SAW, apa yang telah di ucapkan kanjeng Rosul kepada sahabat Sayidina Ali bin Abi Tholib sewaktu masih dalam rumah, saat hendak keluar dari kepungan kaum kafir Quraisy.

Kanjeng Nabi tersenyum mendengar pertanyaan Sahabat beliau tersebut, karena beliau mafhum dengan keadaan hati sang sahabat. Maka kanjeng Nabi kemudian menalqin sayidina Abu Bakar As Sidiq dengan lafadz "Allah", dan seterusnya sahabat Abu Bakar melafadzkan terus kalimah "Allah..Allah...Allah" sepanjang perjalanan hijrah menuju kota Madinah tersebut.

Nah, kalimah "Laa ilaha illalloh" yang ditalqinkan kepada Sayidina Ali bin Abi Tholib, Karromallohu Wajhahu itulah yang dikemudian di ajarkan (diijazahkan) oleh sayidina Ali kepada putra beliau Sayidina Husein Rodhiallohu anhu, dan selanjutnya di diturunkan kepada Imam Zainal Abidin, selanjutnya diturunkan juga secara turun temurun, termasuk hingga kepada Syeh Abdul Qodir Al Jailani.

Dan ternyata Sultonul Auliya' Syeh Abdul Qodir Al Jailani inilah yang kemudian "mempopulerkan" wirid Laa ilaha illalloh, dibaca sebanyak 165 kali selepas tiap sholat fardhu.

Dari sinilah kemudian dikenal "Thoriqoh Qodiriyah".

Disisi lain, saat akhirnya perjalanan hijrah Rosululloh SAW yang ditemani Sayidina Abu Bakar telah berhasil selamat sampai kota Madinah, sayidina Abu Bakar kemudian memberitahukan (mengijazahkan) talqin lafadz "Allah..Allah.." yang beliau dapat dari Rosululloh tersebut kepada para sahabat yang lain. Kemudian dari sahabat juga sambung menyambung mengijazahkan kepada para murid - murid beliau, hingga tersampailah ke tangan seorang ulama' besar bernama Syeh Baha'udin An Naqsyabandi.

Nah, dikemudian hari, karena Syeh Baha'udin an Naqsyabandi ini lah yang "mempopulerkan" dzikir lafadz "Allah..Allah" sebanyak 1.000 kali setiap lepas sholat fardhu, mulailah dikenal Thoriqoh Naqsyabandiyyah.

Sejalan dengan waktu, thoriqoh Qodiriyah dan thoriqoh Naqsyabandiyyah berkembang melalui para pengikut kedua thoriqoh tersebut, menjalar ke berbagai belahan dunia Islam.

Hingga kemudian, suatu saat, ada seorang Ulama' besar dari Nusantara ini, bernama Syeh Ahmad Khotib As Sambasi (dari Kota Sambas - Kalimantan), yang kemudian ber inisiatif untuk mengkombinasikan kedua thoriqoh tersebut, jadilah sekarang yang kita kenal "Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyyah" (TQN).

Jadi secara ringkasnya Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyyah ini ada amalan dzikir membaca "Laa ilaha illalloh" sebanyak 165 kali disambung dzikir "Allah..Allah.." sebanyak 1.000 kali, setiap selesai sholat fardhu 5 waktu.

NB : Bahwasanya semua thoriqoh sumbernya dari Rosululloh SAW, cuma sistem dan metode nya lain - lain. Misalnya seperti Thoriqoh Qodiriyah, sistem dan metodenya mengikuti Syeh Abdul Qodir al Jaelani. Atau thoriqoh Naqsyabandiyyah sistem dan metodenya mengikut pada Syeh Baha'udin an Naqsyabandi.

Nah, Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyyah, adalah menggabungkan sebagian sistem dan metode dari kedua thoriqoh tersebut.

Wallohu A'lam bissowab...