TRIBUNNEWS.COM -
Satu penelitian menyebutkan, rasa puas terhadap kehidupan ternyata berpengaruh baik bagi jantung.
Penelitian ini dilakukan setidaknya pada sekitar 8.000 pegawai pemerintah di Inggris. Dengan bertanya tentang tujuh bidang tertentu dari kehidupan sehari-hari peserta seperti hubungan cinta, kegiatan rekreasi, standar hidup, pekerjaan, seks keluarga, dan diri seseorang. Peneliti pun meminta para peserta penelitian menilai kepuasan mereka di bidang masing-masing pada skala 1 (sangat tidak puas) sampai 7 (sangat puas).
Hasilnya, mereka melihat tingginya tingkat kepuasan hidup rata-rata dikaitkan dengan penurunan penyakit jantung koroner sekitar 13 persen. Kepuasan dengan keluarga, seks, dan pekerjaan, tampaknya menjadi faktor yang paling penting untuk perlindungan penyakit jantung, jelas para peneliti.
"Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi untuk meningkatkan keadaan psikologis yang positif seperti selalu merasa puas dan bahagia mungkin relevan di antara individu yang berisiko tinggi penyakit jantung," jelas salah satu peneliti Julia Boehm, dari Harvard School of Public Health, Amerika
Satu penelitian menyebutkan, rasa puas terhadap kehidupan ternyata berpengaruh baik bagi jantung.
Penelitian ini dilakukan setidaknya pada sekitar 8.000 pegawai pemerintah di Inggris. Dengan bertanya tentang tujuh bidang tertentu dari kehidupan sehari-hari peserta seperti hubungan cinta, kegiatan rekreasi, standar hidup, pekerjaan, seks keluarga, dan diri seseorang. Peneliti pun meminta para peserta penelitian menilai kepuasan mereka di bidang masing-masing pada skala 1 (sangat tidak puas) sampai 7 (sangat puas).
Hasilnya, mereka melihat tingginya tingkat kepuasan hidup rata-rata dikaitkan dengan penurunan penyakit jantung koroner sekitar 13 persen. Kepuasan dengan keluarga, seks, dan pekerjaan, tampaknya menjadi faktor yang paling penting untuk perlindungan penyakit jantung, jelas para peneliti.
"Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi untuk meningkatkan keadaan psikologis yang positif seperti selalu merasa puas dan bahagia mungkin relevan di antara individu yang berisiko tinggi penyakit jantung," jelas salah satu peneliti Julia Boehm, dari Harvard School of Public Health, Amerika